Sikap Abu Dzar

Sebagai negarawan dan politikus yang cerdik dan kritis yang tiada henti¬-hentinya menyerang kebijakan dan tingkah laku pemerintah, terutama kepada Gubernur Mua'wiyah di Damaskus. Maka Abu Dzar Al Ghiff ad dianggap penentang dan pengusik kekuasaan. Akan tetapi karena beliau adalah salah seorang shahabat Rasulullah yang terkemuka, maka Mu'awiyyah hanya tinggal diam.
Namun, serangan dan kritik Abu Dzar dilaporkan ke Khalifah Utsman bin Affan, karena `kuping' Mu'wiyyah tak tahan. Tak berapa lama ia cipanggil dan dinasehati agar bersikap bijaksana dan agak lunak. Sebagai orang yang teguh pendirian, ia tetap tidak mau meninggalkan kebiasaannya itu, bahkan semakin berani, karena ia yakin bahwa ia berada di pihak yang benar.
Akhirnya, iapun harus diasingkan ke Rabazah, kampung terpencil yang terdid dari padang pasir, puluhan kilometer dari kota Madinah. Di pemukiman yang barn itu, ia hanya ditemani oleh isterinya.'Meski hidup yang serba kekurangan, dijalaninya cobaan itu dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Tak ada rasa menyesal, membenci Khalifah, ataupun dendam kesumat.
Selang beberapa lama, Khalifah Utsman ingin menguji ketabahan Abu Dzar. Sang khalifah menyuruh seseorang untuk menyerahkan sekantong uang kepadanya. "Saya disuruh Khalifah mengirim uang ini untuk Anda" kata orang tersebut. "Untuk apa uang ini ?" tanya Abu Dzar penuh keheranan. "Maaf. Saya adalah seorang budak, jika Anda menerimanya maka saya akan dimerdekakan seseorang," jelas utusan tersebut.
Abu Dzar harus memeras pikirannya, karena harus memilih dug hal yang sama-sama membingungkan. Jika memilih uang, ia tidak tahu dari mana uang itu, mengapa diberikan kepadanya. IN berarti ia menerima uang pangs. Tapi jika menolak pemberiannya, ini berarti bahwa ia telah menolak utusan itu untuk dibebaskan dari statusnya sebagai budak.
"Saya tahu kondisi Anda. Akan tetapi dengan berat hati, saya tidak bisa menerima uang syubhat itu," jawab Abu Dzar sambil meneteskan air mata tanda ksedihan. Utusan itu penasaran."Alasan apa sehingga Anda menolak uang sebanyak ini tanpa harus keluar keringat ?" "Saudaraku. Ketahuilah ! Jika aku menerimanya, maka akulah yang menjadi budak dan Anda jadi merdeka. Ingatlah ! Tidak ada keinginan sedikitpun dalam hatiku untuk menjadi budak kekuasaan dan kekayaan dunia." jawab Abu Dzar singkat. Utusan tersebut dibuat keheranan.
Oleh : Ibnu Ahmad
Khazanah Sabili No. 4 TH. IX

Selengkapnya..
>