Dari lembah Syi'b, suara tangis bayi terns terdengar. Sesekali rintihan pelan anak¬anak dan erang mereka memecah kesunyian malam. Sudah beberapa hari ini kaum muslimin menderita kelaparan akibat embargo yang dilakukan kaum kafir Quraisy. Mereka tidak bisa pergi ke mana-mana, terkucil di lembah Syi'b. Kaum musyrikin Quraisy menutup seluruh sektor penting bagi kaum muslimin. Kerja sama di bidang ekonomi yang dahulu pernah terjalin erat antara keduanya, kini sudah tidak lagi.
Penderitaan kaum muslimin kian hari semakin bertambah. Bahaya kelaparan yang sangat ditakuti semua orang kini melanda mereka. Begitu dahsyatnya penderitaan kaum muslimin, sampai-sampai mereka terpaksa harus menjadikan rumput, daun dan pelepah kurma kering sebagai bahan makanan. Bahkan, salah seorang sahabat Rasulullah, Sa'ad bin Abi Waqqas pernah bertutur, "Pada suatu malam, aku keluar dari rumah untuk buang air kecil. Tiba-tiba aku mendengar bunyi sesuatu kejatuhan air seni. Begitu kulihat ternyata sekeping kulit unta kering. Kulit itu kuambil, lalu kucuci. Bulunya kubakar, kemudian kulit itu kurendam dan kurebus. Dengan kulit itu aku dapat mengisi mengisi perut selama tiga hari." Semua penderitaan itu dialami kaum muslimin disebabkan hat yang sangat sepele. Mereka mengucapkan Asyhadu an La Ilaha illallah Wa Asyhadu anna Muhammadan Ra¬sulullah.
Keadaan tersebut sungguh amat me¬nyedihkan. Permusuhan dan kebencian kaum musyrikin Quraisy terhadap kaum muslimin benar-benar telah memutuskan tali ikatan kemanusiaan. Seakan-akan tidak ada lagi Bahasa betas kasihan. Ironisnya, permusuhan dan kebencian mereka juga ditujukan kepada siapa saja yang memberikan simpatinya kepada kaum muslimin, baik langsung atau pun tidak. Saat itu, kaum musyrikin Quraisy membagi manusia menjadi dua. Ikut dengan mereka atau berseteru. Berseteru berarti siap diboikot sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin.
As-Suhaili menceritakan, "Ketika beberapa sahabat Nabi yang berada di luar kepungan merasa kasihan dengan Rasulullah dan kaum muslimin datang ke pasar untuk membeli bahan makanan, dihalangi Abu Lahab. Dengan segala kebanggaan, ia memerintahkan kepada para pedagang untuk menaikkan harga agar tidak bisa dibeli oleh mereka yang ingin membantu kaum muslimin."
Kesepakatan dan konspirasi bersama antara, kaum musyrikin Arab yang dituangkan dalam sebuah deklarasi tertulis, digantungkan di tengah Ka'bah. Sejarah mencatat bahwa pemboikotan berlangsung selama kurun waktu yang cukup lama, sampai tiga tahun. Sepanjang waktu itu, tekanan dan penindasan kaum musyrikin kian bertambah. Kendati demikian, hat itu tidak mengendurkan semangat juang kaum muslimin untuk me¬negakkan kalimat Allah setinggi-tingginya. Dengan kekuatan iman, mereka dapat bersabar calam menerima segala cobaan.
Peristiwa selalu saja melahirkan pelajaran. Bagi kaum muslimin, memetik hikmah dari sebuah kejacian adalah keharusan. Di antara hat penting yang harus diteladani dari pen¬deritaan generasi awal Islam dalam kisah di atas adalah kesabaran mereka dalam menghadapi ujian. Ya, kata 'musibah' identik dengan ujian dan cobaan yang hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman. Bentuknya pun bermacam-macam. Bisa saja dalam bentuk fenomena bencana slam, kelaparan, krisis yang berkepanjangan, dan sebagainya.
Berbagai musibah pernah menimpa kaum muslimin pada masa Rasulullah. Bahaya kelaparan yang menimpa kaum muslimin akibat pemboikotan kaum musyrikin dalam kisah di atas, merupakan musibah besar yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah. Musibah tersebut sebagai konsekuensi dakwah. Artinya, para sahabat Rasulullah saw sebagai generasi Islam militan pertama, tidak pernah berkeluh kesah dalam menghadapi musibah. Sebaliknya, dengan penuh kesabaran, mereka tetap kon¬sisten dan gigih menjalankan dakwah, sampai tegaknya kalimat Allah.
Kesabaran dan keteguhan iman para sahabat Rasul itu harus dijadikan teladan yang baik, khususnya bagi bangsa besar seperti In¬donesia yang Bering dihadang sekian banyak musibah. Artinya, betapapun besarnya musibah yang menimpa bangsa, tidak seharusnya menjadikan kita lemah dan putus ass.
Bahkan, jika kita merujuk kepada sejarah generasi Islam pertama, maka pelajaran berharga yang dapat kita ambit adalah, men¬jadikan musibah sebagai cumber inspirasi
kebangkitan can kejayaan di masa yang akan datang. Allah SWT telah membuktikan ke¬berhasilan mereka ketika mereka mencapai tathu Makkah (penaklukan kota Makkah). Dan hat itu terjadi setelah bertahun-tahun mereka sabar dan tabah dalam menghadapi musibah. Kita dapat bayangkan, seandainya mereka ticak memiliki ketabahan dan kesabaran tentu mereka tak pernah mendapatkan kemenangan.
Pelajaran lain yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah upaya musuh-musuh Allah dalam memadamkan cahaya-Nya. Setelah gaga) merayu Rasulullah saw dengan harts, jabatan dan wanita, kaum kafir Quraisy melancarkan boikot. Sekarang, cara seperti ini dipakai juga oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan kaum muslimin. Dengan alasan menyimpan senjata nuklir atau melindungi teroris, mereka memboikot negara-negara Islam. Ironisnya, kaum muslimin yang lain tidak mempunyai `perasaan' sebagaimana para sahabat pada zaman Rasulullah. Padahal, kaum muslimin ibarat satu tubuh. Jika ada satu anggota yang sakit, sekujur tubuhnya pun akan merasakan.
Akhirnya, bagi umat Islam, bangkit dari keterpurukan bukanlah hat yang mustahil. Berbagai musibah yang menimpa negeri ini layaknya dijadikan cambuk yang memacu kita untuk merangkak lebih jauh lagi. Kesabaran dan ketakwaan merupakan modal utama meraih keberuntungan. Allah SWT berfirman, "Hai or¬ang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung," (QS Ali `Imran: 200). Kesabaran juga yang bisa meng¬antarkan kita meraih berkah, rahmat dan pe¬tunjuk Allah. Allah berfirman, "Dan berikanlah be¬rita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mu¬sibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang men¬dapat keberkatan yang sempuma dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang¬orang yang mendapat petunjuk," (QS al¬Bagarah: 155-157). Wallahu A'lam.
Ikhwan Fauzi
Selengkapnya..
Keadaan tersebut sungguh amat me¬nyedihkan. Permusuhan dan kebencian kaum musyrikin Quraisy terhadap kaum muslimin benar-benar telah memutuskan tali ikatan kemanusiaan. Seakan-akan tidak ada lagi Bahasa betas kasihan. Ironisnya, permusuhan dan kebencian mereka juga ditujukan kepada siapa saja yang memberikan simpatinya kepada kaum muslimin, baik langsung atau pun tidak. Saat itu, kaum musyrikin Quraisy membagi manusia menjadi dua. Ikut dengan mereka atau berseteru. Berseteru berarti siap diboikot sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin.
As-Suhaili menceritakan, "Ketika beberapa sahabat Nabi yang berada di luar kepungan merasa kasihan dengan Rasulullah dan kaum muslimin datang ke pasar untuk membeli bahan makanan, dihalangi Abu Lahab. Dengan segala kebanggaan, ia memerintahkan kepada para pedagang untuk menaikkan harga agar tidak bisa dibeli oleh mereka yang ingin membantu kaum muslimin."
Kesepakatan dan konspirasi bersama antara, kaum musyrikin Arab yang dituangkan dalam sebuah deklarasi tertulis, digantungkan di tengah Ka'bah. Sejarah mencatat bahwa pemboikotan berlangsung selama kurun waktu yang cukup lama, sampai tiga tahun. Sepanjang waktu itu, tekanan dan penindasan kaum musyrikin kian bertambah. Kendati demikian, hat itu tidak mengendurkan semangat juang kaum muslimin untuk me¬negakkan kalimat Allah setinggi-tingginya. Dengan kekuatan iman, mereka dapat bersabar calam menerima segala cobaan.
Peristiwa selalu saja melahirkan pelajaran. Bagi kaum muslimin, memetik hikmah dari sebuah kejacian adalah keharusan. Di antara hat penting yang harus diteladani dari pen¬deritaan generasi awal Islam dalam kisah di atas adalah kesabaran mereka dalam menghadapi ujian. Ya, kata 'musibah' identik dengan ujian dan cobaan yang hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman. Bentuknya pun bermacam-macam. Bisa saja dalam bentuk fenomena bencana slam, kelaparan, krisis yang berkepanjangan, dan sebagainya.
Berbagai musibah pernah menimpa kaum muslimin pada masa Rasulullah. Bahaya kelaparan yang menimpa kaum muslimin akibat pemboikotan kaum musyrikin dalam kisah di atas, merupakan musibah besar yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah. Musibah tersebut sebagai konsekuensi dakwah. Artinya, para sahabat Rasulullah saw sebagai generasi Islam militan pertama, tidak pernah berkeluh kesah dalam menghadapi musibah. Sebaliknya, dengan penuh kesabaran, mereka tetap kon¬sisten dan gigih menjalankan dakwah, sampai tegaknya kalimat Allah.
Kesabaran dan keteguhan iman para sahabat Rasul itu harus dijadikan teladan yang baik, khususnya bagi bangsa besar seperti In¬donesia yang Bering dihadang sekian banyak musibah. Artinya, betapapun besarnya musibah yang menimpa bangsa, tidak seharusnya menjadikan kita lemah dan putus ass.
Bahkan, jika kita merujuk kepada sejarah generasi Islam pertama, maka pelajaran berharga yang dapat kita ambit adalah, men¬jadikan musibah sebagai cumber inspirasi
kebangkitan can kejayaan di masa yang akan datang. Allah SWT telah membuktikan ke¬berhasilan mereka ketika mereka mencapai tathu Makkah (penaklukan kota Makkah). Dan hat itu terjadi setelah bertahun-tahun mereka sabar dan tabah dalam menghadapi musibah. Kita dapat bayangkan, seandainya mereka ticak memiliki ketabahan dan kesabaran tentu mereka tak pernah mendapatkan kemenangan.
Pelajaran lain yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah upaya musuh-musuh Allah dalam memadamkan cahaya-Nya. Setelah gaga) merayu Rasulullah saw dengan harts, jabatan dan wanita, kaum kafir Quraisy melancarkan boikot. Sekarang, cara seperti ini dipakai juga oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan kaum muslimin. Dengan alasan menyimpan senjata nuklir atau melindungi teroris, mereka memboikot negara-negara Islam. Ironisnya, kaum muslimin yang lain tidak mempunyai `perasaan' sebagaimana para sahabat pada zaman Rasulullah. Padahal, kaum muslimin ibarat satu tubuh. Jika ada satu anggota yang sakit, sekujur tubuhnya pun akan merasakan.
Akhirnya, bagi umat Islam, bangkit dari keterpurukan bukanlah hat yang mustahil. Berbagai musibah yang menimpa negeri ini layaknya dijadikan cambuk yang memacu kita untuk merangkak lebih jauh lagi. Kesabaran dan ketakwaan merupakan modal utama meraih keberuntungan. Allah SWT berfirman, "Hai or¬ang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung," (QS Ali `Imran: 200). Kesabaran juga yang bisa meng¬antarkan kita meraih berkah, rahmat dan pe¬tunjuk Allah. Allah berfirman, "Dan berikanlah be¬rita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mu¬sibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang men¬dapat keberkatan yang sempuma dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang¬orang yang mendapat petunjuk," (QS al¬Bagarah: 155-157). Wallahu A'lam.
Ikhwan Fauzi