Sejak diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Isa as menyeru manusia kepada ajaran agama hak yang diwahyukan Allah kepadanya. Beliau berdakwah di tengah masyarakat Yahudi yang banyak melakukan penyimpangan moral dan akidah. Bahkan berbagai tindakan keji sudah lama mereka lakukan sebagai bentuk kearogansian mereka terhadap seruan Nabi Musa as. Dengan sombongnya mereka mem-perolok ayat-ayat Taurat.
Allah SWT mengutus Nabi Isa as putra Maryam untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Dengan penuh kasih dan kesabaran, Nabi Isa as menyampaikan perintah-perintah Allah, menyempurnakan syariat yang diwahyukan kepada Nabi Musa as. Allah SWT. berfirman, "Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu dan aku datang
kepadamu membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku...," (QS Ali Imran: 50-51). Perjalanan dakwah Nabi Isa as penuh dengan cobaan. Namun demikian, beliau tetap konsisten menjalankan mini dakwahnya. Tantangan yang dihadapi tidak ke¬cil. Beliau harus menghadapi berbagai macam bantahan dan debatan para pendeta, orang¬orang Farisi (orang-orang yang enggan pada kemewahan dan kesenangan duniawi serta mengurung diri hanya untuk ibadah), para pujangga, dan penjaga-penjaga Haikal. De¬ngan izin Allah, beliau mampu mematahkan argumentasi tersebut dengan bukti-bukti yang kuat.
Memang, sejarah mengakui, berkat ke¬gigihan dan keuletan dakwah beliau, banyak manusia yang semula berada dalam kese¬satan akhirnya kembali sadar dan insyaf. Mereka itulah segenap sahabat Isa as yang disebut sebagai golongan Hawariyyin. Sebaliknya, tidak sedikit dari mereka yang membangkang. Bahkan, dengan terang-terangan menentang dakwah beliau. Menurut mereka, jika saat itu gagal merintangi dakwah Nabi
Isa, mereka berharap suatu ketika akan membuahkan hasil. Keinginan mereka ternyata benar. Setelah Allah menyelamatkan Nabi Isa dari usaha pembunuhan, mereka terns berupaya melakukan penyimpangan-penyimpangan. Diantaranya memaksakan ghazwul fikri kepada para pengikut setia Nabi Isa yang selama itu masih tetap konsisten berada di atas rel akidah yang lurus. Kesucian Injil, mereka cemari berbagai penyimpangan.
Sekelumit kisah perjuangan dakwah Nabi Isa as seperti dituturkan di atas, memberikan beberapa hal yang bisa dijadikan ibrah. Diantaranya: Pertama, fenomena yang dihadapi Nabi Isa menunjukkan bahwa kapan dan di mana pun, kebatilan selalu akan muncul menghalau kebenaran. Ini sudah menjadi sunnatullah. Bahkan, sejak Allah menciptakan Adam as, iblis dengan arogansinya menyatakan diri sebagai musuh.
Dalam konteks mana kini, kita harus lebih berhati-hati menghadapi kebatilan. Sebab, kalau pada zaman Nabi Isa dan sebelumnya kebatilan nampak jelas di pelupuk mata, maka saat ini kebatilan kerap susah dikenali. la dibungkus rapi dan dikemas elok sehingga sulit diketahui. Bahkan talk jarang, kebatilan dianggap kebenaran, dan kebenaran dianggap kebatilan.
Inilah sebenarnya yang diinginkan para penentang kebenaran. Dengan segala upaya mereka menyulap kesalahan menjadi seolah¬olah benar. Contoh paling anyar yang masih terlihat di depan mata kita adalah peristiwa hancurnya menara kembar WTC pada 11 Sep¬tember 2001 lalu. Tanga bukti yang jelas, Amerika Serikat (AS) menyatakan pelaku di batik peristiwa itu adalah Usamah bin Ladin. Seiring dengan itu, AS juga memaksa dunia untuk ber¬sikap, bergabung dengannya atau bersama para teroris menurut versi mereka.
Fenomena ini bukanlah hat yang barn. Bahkan, skala dan tingkatannya sungguh teramat kecil dibanding apa yang mereka lakukan sebelumnya. Kalau sekarang mereka berani menuduh kaum muslimin sebagai dalang segala kerusuhan, sebelumnya mereka sudah berani mengubah ketentuan Allah. Keesaan Allah mereka sekutukan. Kebenaran risalah para Nabi mereka ingkari. Bahkan, mereka talk segan-segan membunuh para utusan Allah itu. Allah berfirman, "...Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh, maka beberapa orang dari mereka kamu dustakan, dan beberapa orang yang lain kamu bunuh?" (QS al-Baqaarah: 87).
Kedua, mewaspadai meluasnya jaringan ghazwul fikri (perang pemikiran). Untuk me¬nyulap kebatilan menjadi kebenaran, orang-o¬rang kafir talk segan menggunakan segala cara. Ghazwul fikri pun dijadikan metode jitu untuk memperdaya umat Islam, dengan beragam bentuknya. Bisa jadi bernama LSM tertentu dengan menggunakan slogan sebagai wadah pembela kepentingan umat Islam. Padahai, se¬benarnya hanyalah wadah propaganda mereka untuk meracuni pemikiran generasi Islam.
Bagaimana pun bentuknya, secara ril an¬caman ghazwul fikri sudah dirasakan hampir di semua lini kehidupan. Berbagai propaganda yang menyesatkan bahkan sudah memasuki sektor-sektor kehidupan. Para pendukung kebatilan mengerahkan segala cara untuk menyesatkan umat manusia. Dengan me¬minjam 'baju kesungguhan', mereka mencoba meyakinkan semua orang agar ikut terbawa hanyut ke jurang kesesatan. Sepanjang umat manusia mendekati jalan hidayah, maka selama itu pula propaganda yang menyesatkan itu merambah. Bagai wabah penyakit menular, propaganda sesat itu mencengkeram dunia. Ironisnya, keberadaannya talk Berta merta disadari, karena seperti faiamorgana yang mampu memukau dan menipu manusia.
Karenanya, kaum muslimin harus me¬ningkatkan kewaspadaan. Di antaranya men¬jadikan al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai rujukan utama. Bukan berita-berita bohong yang disebarkan musuh-musuh Islam. Rasulullah saw bersabda, "Hai kaum muslimin, mengapa kalian bertanya kepada Ahlul Kitab? Padahai kitab kalian (yakni al-Qur'an) yang diturunkan Allah kepada Nabi kalian (Nabi Muhammad saw) adalah Kitab Allah yang terbaru. Kalian mem¬bacanya sebagai Kitab yang murni, tidak terkena perubahan apa pun. Dan Allah telah membe¬ritahu kalian bahwa Ahlul Kitab telah mengganti Kitab Allah dan mengubahnya. Mereka me¬nulisnya dengan tangan mereka sendiri, lalu me¬ngatakan, 'Ini adalah Kitab dari sisi Allah,' agar banyak orang mau membelinya dengan harga murah. Bukankah setelah datangnya penge¬tahuan kepada kalian, Allah melarang kalian bertanya kepada mereka? " (HR Bukharl).N
Oleh : Ikhwan Fauzi
Sabili No. 23 TH.ix 16 Mei 2002 / 3 Rabiul Awal 1423
Selengkapnya..
Allah SWT mengutus Nabi Isa as putra Maryam untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Dengan penuh kasih dan kesabaran, Nabi Isa as menyampaikan perintah-perintah Allah, menyempurnakan syariat yang diwahyukan kepada Nabi Musa as. Allah SWT. berfirman, "Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu dan aku datang
kepadamu membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku...," (QS Ali Imran: 50-51). Perjalanan dakwah Nabi Isa as penuh dengan cobaan. Namun demikian, beliau tetap konsisten menjalankan mini dakwahnya. Tantangan yang dihadapi tidak ke¬cil. Beliau harus menghadapi berbagai macam bantahan dan debatan para pendeta, orang¬orang Farisi (orang-orang yang enggan pada kemewahan dan kesenangan duniawi serta mengurung diri hanya untuk ibadah), para pujangga, dan penjaga-penjaga Haikal. De¬ngan izin Allah, beliau mampu mematahkan argumentasi tersebut dengan bukti-bukti yang kuat.
Memang, sejarah mengakui, berkat ke¬gigihan dan keuletan dakwah beliau, banyak manusia yang semula berada dalam kese¬satan akhirnya kembali sadar dan insyaf. Mereka itulah segenap sahabat Isa as yang disebut sebagai golongan Hawariyyin. Sebaliknya, tidak sedikit dari mereka yang membangkang. Bahkan, dengan terang-terangan menentang dakwah beliau. Menurut mereka, jika saat itu gagal merintangi dakwah Nabi
Isa, mereka berharap suatu ketika akan membuahkan hasil. Keinginan mereka ternyata benar. Setelah Allah menyelamatkan Nabi Isa dari usaha pembunuhan, mereka terns berupaya melakukan penyimpangan-penyimpangan. Diantaranya memaksakan ghazwul fikri kepada para pengikut setia Nabi Isa yang selama itu masih tetap konsisten berada di atas rel akidah yang lurus. Kesucian Injil, mereka cemari berbagai penyimpangan.
Sekelumit kisah perjuangan dakwah Nabi Isa as seperti dituturkan di atas, memberikan beberapa hal yang bisa dijadikan ibrah. Diantaranya: Pertama, fenomena yang dihadapi Nabi Isa menunjukkan bahwa kapan dan di mana pun, kebatilan selalu akan muncul menghalau kebenaran. Ini sudah menjadi sunnatullah. Bahkan, sejak Allah menciptakan Adam as, iblis dengan arogansinya menyatakan diri sebagai musuh.
Dalam konteks mana kini, kita harus lebih berhati-hati menghadapi kebatilan. Sebab, kalau pada zaman Nabi Isa dan sebelumnya kebatilan nampak jelas di pelupuk mata, maka saat ini kebatilan kerap susah dikenali. la dibungkus rapi dan dikemas elok sehingga sulit diketahui. Bahkan talk jarang, kebatilan dianggap kebenaran, dan kebenaran dianggap kebatilan.
Inilah sebenarnya yang diinginkan para penentang kebenaran. Dengan segala upaya mereka menyulap kesalahan menjadi seolah¬olah benar. Contoh paling anyar yang masih terlihat di depan mata kita adalah peristiwa hancurnya menara kembar WTC pada 11 Sep¬tember 2001 lalu. Tanga bukti yang jelas, Amerika Serikat (AS) menyatakan pelaku di batik peristiwa itu adalah Usamah bin Ladin. Seiring dengan itu, AS juga memaksa dunia untuk ber¬sikap, bergabung dengannya atau bersama para teroris menurut versi mereka.
Fenomena ini bukanlah hat yang barn. Bahkan, skala dan tingkatannya sungguh teramat kecil dibanding apa yang mereka lakukan sebelumnya. Kalau sekarang mereka berani menuduh kaum muslimin sebagai dalang segala kerusuhan, sebelumnya mereka sudah berani mengubah ketentuan Allah. Keesaan Allah mereka sekutukan. Kebenaran risalah para Nabi mereka ingkari. Bahkan, mereka talk segan-segan membunuh para utusan Allah itu. Allah berfirman, "...Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh, maka beberapa orang dari mereka kamu dustakan, dan beberapa orang yang lain kamu bunuh?" (QS al-Baqaarah: 87).
Kedua, mewaspadai meluasnya jaringan ghazwul fikri (perang pemikiran). Untuk me¬nyulap kebatilan menjadi kebenaran, orang-o¬rang kafir talk segan menggunakan segala cara. Ghazwul fikri pun dijadikan metode jitu untuk memperdaya umat Islam, dengan beragam bentuknya. Bisa jadi bernama LSM tertentu dengan menggunakan slogan sebagai wadah pembela kepentingan umat Islam. Padahai, se¬benarnya hanyalah wadah propaganda mereka untuk meracuni pemikiran generasi Islam.
Bagaimana pun bentuknya, secara ril an¬caman ghazwul fikri sudah dirasakan hampir di semua lini kehidupan. Berbagai propaganda yang menyesatkan bahkan sudah memasuki sektor-sektor kehidupan. Para pendukung kebatilan mengerahkan segala cara untuk menyesatkan umat manusia. Dengan me¬minjam 'baju kesungguhan', mereka mencoba meyakinkan semua orang agar ikut terbawa hanyut ke jurang kesesatan. Sepanjang umat manusia mendekati jalan hidayah, maka selama itu pula propaganda yang menyesatkan itu merambah. Bagai wabah penyakit menular, propaganda sesat itu mencengkeram dunia. Ironisnya, keberadaannya talk Berta merta disadari, karena seperti faiamorgana yang mampu memukau dan menipu manusia.
Karenanya, kaum muslimin harus me¬ningkatkan kewaspadaan. Di antaranya men¬jadikan al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai rujukan utama. Bukan berita-berita bohong yang disebarkan musuh-musuh Islam. Rasulullah saw bersabda, "Hai kaum muslimin, mengapa kalian bertanya kepada Ahlul Kitab? Padahai kitab kalian (yakni al-Qur'an) yang diturunkan Allah kepada Nabi kalian (Nabi Muhammad saw) adalah Kitab Allah yang terbaru. Kalian mem¬bacanya sebagai Kitab yang murni, tidak terkena perubahan apa pun. Dan Allah telah membe¬ritahu kalian bahwa Ahlul Kitab telah mengganti Kitab Allah dan mengubahnya. Mereka me¬nulisnya dengan tangan mereka sendiri, lalu me¬ngatakan, 'Ini adalah Kitab dari sisi Allah,' agar banyak orang mau membelinya dengan harga murah. Bukankah setelah datangnya penge¬tahuan kepada kalian, Allah melarang kalian bertanya kepada mereka? " (HR Bukharl).N
Oleh : Ikhwan Fauzi
Sabili No. 23 TH.ix 16 Mei 2002 / 3 Rabiul Awal 1423